Posted by : Unknown Sabtu, 20 Desember 2014


Beberapa konsep dalam teori Piaget
1. Inteligensi
Claparede dan Sream mengatakan bahwa intelegensi sebagai unsur adaptasi mental pada lingkungan yang baru. Sementara Garner mengatakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan atau memecahkan masalah. Intelegensi merupakan alat yang memungkinkan individu mecapai kesetimbangan atau adapatasi dengan lingkungannya.
2. Skemata
Skema merupakan suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradapatasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Skema juga dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori dalam pikiran seseorang. Skema akan terus menerus berkembang. Gambaran pada anak semakin lama semakin berkembang dan lengkap. Misalnya gambaran anak tentang ayam. Pada awalnya, gambaran anak itu sangat sederhana karena didasarkan pada cerita orangtuanya atau pengalaman pertama kali melihat ayam. Semakin ia mempunyai banyak pengalaman dan bermacam-macam ayam, gambaran atau pengalaman dengan bermacam-macam ayam, gambaran atau skema macam ayam-ayam itu semakin lengkap.
3. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi konsep atau pengalaman ke dalam skema atau pola yang sudah ada didalam pikirannya. Menurut Wadsworth asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema. Misalnya seorang anak memilki konsep menganai lembu. Dalam pikiran anak itu , ada skema lembu. Mungkin dalam skema anak itu bahwa lembu binatang yang berkaki empat, berwarna putih dan makan rumput. Skema itu terjadi pada saat anak itu pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berkaki empat dan berwarna putih dan sedang makan rumput. Dalam perjalanan hidupnya anak itu bertemu dengan macam-macam lembu yang lain, berwarna lain dan tidak sedang makan rumput tapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain itu, anak memperkembangkan skema awalnya menjadi : lembu itu binatang berkaki empat, berwarna putih atau kelabu, makannya rumput dan menarik gerobak.
4. Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau alama yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalam yang baru itu dengan skema yang dimiliki. Hal ini terjadi karena pengalaman yang baru itu tidak cocok dengan skema tyang telah ada. Dalam keadaan ini seseorang tersebut dapat mengadakan akomodasi. Ia dapat melakukan dua hal : (1) Membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau (2) Memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan  rangsagan itu. Misalnya seorang anak mempunyai suatu skema bahwa semua benda padat dapat tenggelam di air. Skema ini didapat dari abstraksinya terhadap pengalamannya terhadap benda-benda yang dimasukkan ke dalam air. Suatu hari ia melihat beberapa benda padat yang terapung di atas sungai . Ia merasakan bahwa skema lamanya tidak cocok lagi. Ia mengalami konflik dalam pikirannya. Ia harus mengahadpi perubahan skema lama dengan dengan membentuk skema baru yang berisi : tidak semua benda padat dapat tenggelam di air.
5. Ekuilibrasi
Dalam perkembangan kognitif diperlukan kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses itu disebut equilibrium yaitu pengaturan mekanis yang perlu untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Disekuilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadaan disekuilibrasi ke ekuilibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi. Ekulibrium dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya atau skema.
6. Interiorisasi
Interiorisasi adalah penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatnya penggunaan struktur kognitif pada seseorang. Proses yang dengannya tindakan adaptif menjadi makin tersamar. Misalnya, perilaku adaptif yang mula-mula menggunakan skema sensorimotor dan perilaku yang kelihatan, berkembang sampai ke titik dimana operasi formal dipakai dalam proses adaptif.
7. Adaptasi
Semua organisme dilahirkan untuk suatu kecenderungan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Cara beradaptasi berbeda dari setiap mahkluk, baik setiap individu dalam jenis yang sama, maupun bagi satu tahap ke tahap lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam asimilasi dan akomodasi. Disatu pihak, seseorang menyatukan atau mengasimilasikan gambaran atau realitas dalam struktur psikologisnya (skema) yang sudah dimiliki untuk dicocokkan dengan lingkungan. Tetapi dilain pihak, keadaan seseorang harus mengubah skema itu dalam berhubungan dengan lingkungannya. Proses terahir ini disebut akomodasi.
8. Pengetahuan Figuratif dan Operatif
Pengetahuan Figuratuif didapat dari gambaran langsung seseorang terhadap objek yang dipelajari. Misalnya pengetahuan akan nama-nama barang atau kota. Pengetahuan operatif didapat karena seseorang mengadakan operasi pada objek yang dipelajari. Misalnya pengetahuan anak akan kaitan nama kota dengan situasi manusianya dan dengan kota-kota lain. Pengetahuan seseorang akan bilangan juga merupakan pengetahuan operatif.
I.3. Tahap perkembangan kognitif Piaget
Piaget menggambarkan perkembangan kognitif muncul dalam empat tahapan yang universal, berbeda secara kualitatif. Pada masing-masing tahapan, pikiran seorang anak mengembangkan cara baru beroperasi. Dari masa bayi sampai remaja, berbagai operasi mental berkembang, dimulai dari pembelajaran berdasarkan kegiatan sensorimotorik sederhana hingga pemikiran abstrak dan logis.
Berikut merupakan tahapan perkembangan kognitif yang diungkapkan Piaget,
1. Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun)
Pada tahap ini tidak ada bahasa. Objek tidak akan dianggap ada ketika anak tidak menghadapinya secara langsung. Interaksi dengan lingkungan hanya berdasarkan sensorimotor dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini. Anak bersikap egosentris. Semua dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada. Namun pada akhir tahap ini, anak mulai mengembangkan konsep permanensi objek yakni mereka mulai menyadari bahwa benda tersebut tetap ada meskipun mereka tidak dapat melihatnya.
2. Tahap pra-operasional (sekitar 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan sistenm representasi dan menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan berbagai orang, tempat dan peristiwa. bahasa dan bermain khayalan manifestasi penting pada tahap ini. tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
· Pemikiran pra konseptual.
Anak-anak mulai membentuk konsep sederhana. Mereka mulai bisa mengklasifikasikan benda-benda dalam kelompok tertentu berdasarkan kemiripan, tetapi mereka melakukan banyak kesalahan karena konsep itu.
· Pemikiran intuitif.
Anak-anak memecahkan problem secara intuitif, bukan berdasarkan logika. Ciri paling utama adalah pengembangan tahap konservasi yakni kemampuan menyadari bahwa jumlah, panjang, substansi, atau luas akan tetap sama meski mungkin direpresentasikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Konservasi ini didapatkan dari pengalaman anak dengan lingkungan.
3. Tahap operasional konkret (sekitar 7-11 tahun)
Anak kini mulai mengembangkan kemampuan konservasi, yakni mengelompokkan, mengurutkan, dan menangani konsep angka. Anak hanya dapat melakukan operasi masalah yang kompleks selama benda itu konkret dan tidak abstrak.
4. Tahap operasional formal (sekitar 11 tahun ke atas)
Anak-anak dapat menangani situasi hipotesis, dan proses berpikirnya tidak lagi tergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Mereka dapt berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan, dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan. Pemikirannya semakin logis. Pemikiran ini dapat diarahkan untuk menyelesaikan solusi-solusi dalam kehidupan riil.
I.4. Unsur penting dalam perkembangan kognitif
1. Perkembangan Organik dan Kematangan Sistem Saraf
Berfungsinya struktur organik atau jaringan tertentu dalam tubuh seseorang mempengaruhi bagaimana ia mengmbangkan pemikirannya. Misalnya, koordinasi penglihatan dan pengertian baru akan bekerja pada umur 4,5 bulan. Struktur fisik dan sistem saraf yang berbeda mempengaruhi bagaimana makhluk hidup itu memandang dunia dan lingkungannya. Misalnya susunan saraf pada kera berbeda dengan manusia sehingga mempengaruhi cara mereka berpikir dan menghadapi persoalan.
Kematangan fisik seseorang juga mempengaruhi perkembangan inteligensi, terutama pada awal perkembangan inteligensi. Misalnya, pada saat anak belum berkembang anggota tubuhnya, anak akan sulit mengembangkan tindakan sensorimotor. Setelah ia mulai bisa berjalan kemana-mana, pemikirannya akan lebih berkembang karena memungkinkan mendapatkan asimilasi dan akomodasi terhadap skema pemikiran yang sebelumnya.
2. Peran Latihan dan Pengalaman
Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkan masalah serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran dan intelegensinya. Misalnya seorang anak perlu banyak latihan menggunakan logikanya dalam memecahkan masalah matematika. Semakin banyak ia berlatih dalam persoalan matematika, ia semakin mengerti dan mengembangkan cara berpikirnya. Menurut Piaget, pengetahuan  dibentuk dalam proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan seseorang. Supaya prsoses pengalaman itu berkembang, pengalaman sangat menentukan. Semakin orang mempunyai banyak pengalaman mengenai persoalan, lingkungan, atau objek yang dihadapi, ia semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
3. Interaksi Sosial dan Transmisi
Dengan interaksi seorang anak dapat membandingkan pengetahuan dan pemikiran             yang telah dibentuknya dengan pengetahuan dan pemikiran oranglain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Tantangan kelompok akan membantu anak untuk melakukan asimilasi dan akmodasi terhadap skema pengetahuan dan yang telah dimilikunya. Hal ini sangat kentara dalam hal bahasa juga pengetahuan tentang budaya seseorang. Bahasa dipelajari anak dari orangtuanya dan masyarakat. Hanya lewat interaksi yang semakin kerap dengan orangtua dan masyarakat yang mengguanakan bahasa itu, bahasa seorang anak akan semakin berkembang. Pemikiran-pemikiran anak tentang budaya sendiri juga sangat jelas dipengaruhi oleh sejauh mana ia sungguh berelasi dengan masyarakatnya.
4. Ekuilibrasi
Ini merupakan self-regulasi, yaitu suatu pengaturan dalam diri seseorang berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar. Ekulibrasi sering juga disebut sebagai motivasi dasar seseorang untuk memungkinkan selalu berusaha mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Piaget mengembangkan tiga jenis ekuilibrium : (1) Ekulibrium antara pribadi seseorang dengan benda atau kejadian di lingkungan ia berada (2) Ekuilibrium antara subsitem kognitif yang beraneka ragam (3) Ekulibrium antara keseluruhan.
I.5. Kontribusi Piaget
Teori perkembangan kognitif dan teori perkembangan Piaget mempunyai sejumlah sumbangan besar dalam bidang pendidikan antara lain :
a. Pemikiran anak didik berkembang secara perlahan dengan tahapan-tahapannya, mulai dari yang konkret ke yang abstrak. Maka dalam penyajian bahan kepada anak didik perlu diperhatikan tingkat pemikirannya, dimulai dari yang konkret ke yang abstrak , dari bahan yang mudah ke yang sulit, dari bahan yang dekat dengannya sampai ke yang jauh.
b. Pendidikan perlu mengamati tahap perkembangan anak didik sehingga dapat membantu anak didik secara lebih tepat.
c. Karena pengetahuan adalah konstruksi anak didik sendiri, anak didik harus dibantu aktif dalam mengolah, mengalami dan membangun pengetahuannya. Seluruh metode pendidikan perlu menekankan pada keaktifan anak.

d. Pendidik perlu menciptakan suasana yang menantang anak didik untuk berfikir, merumuskan pikirannya serta mengekspresikan apa yang anak didik ketahui.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

About

dalam blog ini bebas berisi konten apapun, yang pasti sopan dan tidak mengandung unsur yang tidak senonoh. berbagi ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan tentang semua yang kita butuhkan.

- Copyright © Untuk Semua