- Back to Home »
- Artikel »
- Teori Lev Vygotksy
Posted by : Unknown
Sabtu, 20 Desember 2014
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah
penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky
adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari
pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut
teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing
individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi
saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-
tugas itu berada dalam “zone of proximal development”
mereka. Zone
of proximal development adalah
jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial
yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak
sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu
mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky
banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan
perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental
yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan
perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi
seperti ingatan, berpikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang
lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan
alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh
anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang
dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam
dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap
anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky
menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun level
konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah
kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas
kognitif melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer dan
mengenal huruf. Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-norma
perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal
memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak.
Menurut Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental
berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian
pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar
belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky
lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat
pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang
disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh
lingkungansosial secara
aktif. Oleh karenanya, konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat
pada tiga hal:
Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic
Law of Development)
Setiap
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu
tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone
of Proximal Development)
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan
mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky
percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang
lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal
tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential
development pada
anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial
development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan
masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan
Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, di mana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada
interaksi sosial dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan
pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan
lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman
yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan
masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam
berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya
kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi
pada proses ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulation).
Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun
lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis.
Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan
ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation(pengaturan
diri) yang mencakup self
planning, self monitoring, self checking,dan self
evaluation. Media ini
berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media kognitif adalah
penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep
spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah
(yang lebih terjamin kebenarannya).
Inti Teori Vygotsky
Vygotsky
lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau
kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui
interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara
singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan
budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak
mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan
perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam
pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi
sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan
ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya.
Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model
yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat
penting. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam
menyampaikan pemikirannya dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah
penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga klaim
besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak dapat diketahui hanya
jika dianalisis dan ditafsirkan. Kedua, kemampuan kognitif diperoleh dengan
bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi
yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky
berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk
merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan
kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang
sosiokultural.
The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah
ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi orang lain yang lebih
tahu. MKO mengacu kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
dari pelajar, dalam hal ini termasuk guru, teman sebaya, atau bahkan komputer.
Seorang
pelajar perlu berinteraksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari
dirinya. Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan
bagi perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky
faktor interaksi sosial dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi
kunci perkembangan kognitif anak.
Perkembangan Bahasa
Bagi
Vygotsky bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya,
satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang
sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya
sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional,
ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka
berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak
tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi guru
menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan
pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman,
pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan mereka untuk tahu dari pembentukan
pengertian baru ini. Pada bagian ini, dapat dilihat permulaan aliran
konstruktivisme, peranan pengalaman siswa dalam belajar, dan cara mengasimilasi
pengertiannya.
Konstruktivisme
adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan
antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini ditemukan pada
abad ke-5 SM. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk
memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme. Penyelidikan atau
pengalaman fisik, pengalaman pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme.
Pendukung
konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan mengikat
informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian sebelumnya,
membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing
pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan
mengajar adalah proses membantu pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme
percaya bahwa pengetahuan tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk
dimengerti, tetapi pengetahuan merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi
dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.
Para konstruktivisme menekankan peranan
motivasi guru untuk membantu siswa belajar mencintai pelajaran. Tidak seperti behaviourist yang menggunakan sanksi berupa reward, konstruktivisme percaya
bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat daripada rewardeksternal.
Konstruktivisme
yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 dan yang bekerja sebagai ahli
Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky. Beliau sangat tertarik pada efek
interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Vygotsky mencatat bahwa
interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vygotsky
percaya bahwa subjek yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan
mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode pembelajaran
tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk mendesain
kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa
Casino | DrMCD
BalasHapusA modern online 통영 출장샵 casino is a casino that gives 김천 출장마사지 you all that the potential for it in The 김해 출장마사지 casino's top 안동 출장마사지 quality games are casino slots, roulette, 나주 출장샵 Rating: 3.8 · 1 review